Minggu, 05 Januari 2014
Aku masih ada.
untukmu, aku seakan seperti sebuah lilin yang terus menyala.
untukmu juga, aku seakan seperti seekor cacing yang terus mencari lubang didalam pasir tersebut.
entah sebuah asa ataupun tiada.
aku bahkan terus mencari lubang tersebut.
tak pelak disekelilingku pun tak mampu menertawakanku.
sebuah keteguhan dan keyakinan jika aku mampu terus berjalan meskipun hanya dengan tubuh yang rentan ini.
seperti langit yang tak lebih dari bongkahan kebohongan.
sehingga burungpun juga tak bisa melihat bagaimana sisi depan dari apa yang dilihatnya.
kamu tau, setetes air ini keluar dari awan yang juga ikut membantu dalam memberikan semua inspirasiku tentang kamu.
bergerak bebas.
tidak akan pernah ada yang melarangnya apabila air itu menuju ke peredaranmu.
mengawasimu.
menuntunmu hingga tiba di suatu tempat yang dimana hanya ada sebuah pengorbanan dan kesetiaan.
mana yang akan kamu pilih?
apakah sebuah pengorbanan?
yang mungkin hanya sebuah hal kecil yang pernah dilakukan namun sementara?
ataukah sebuah kesetiaan yang sebenarnya juga sebuah kebohongan yang lebih menyakitkan?
kamu hanyalah sebuah boneka yang dikendalikan oleh ego.
kamu hanyalah sebuah awan yang dikendalikan oleh angin dan tak akan pernah tau kemana kamu akan melangkah.
pikir untuk yang terakhir kalinya.
bagaimana kamu bisa seperti ini?
bagaimana kamu bisa berhasil melangkah?
bagaimana hingga detik ini kamu bisa menertawakan apa yang telah aku perbuat?
kamu salah!
karena apa yang telah kamu tertawakan adalah sebuah hal yang sangat berharga.
masih ingat, saat kamu terjatuh.
apakah aku lari?
apakah aku pergi?
tidak.
aku masih disana.
menuntunmu.
memberimu sebuah kepercayaan.
dan itu yang membuatmu lupa bahwa kekekalan yang terjadi karena kesalahan.
bukan pengorbanan ataupun kesetiaan.
aku percaya, suatu saat kamu akan memanggil namaku.
dan yang paling menyesakkan adalah saat kamu terjatuh.
masuk kedalam lubang yang selama ini aku gali dengan tubuhku itu.
tak usah menangis, karena itu akan membuatku semakin sakit.
aku ingin kamu kuat, sekuat api yang tak akan pernah padam meskipun air laut menghantamnya.
dan......
percayalah, aku masih ada disana dan untuk tangisanmu.
begitu banyak harapan di sekeilingmu, jangan menyerah "kamu"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kesendirian yang Sirna Saat Jiwa Pulang: Sebuah Renungan tentang Diri
Di zaman ketika koneksi digital mudah didapat, namun keintiman batin makin langka, kesepian menjadi epidemi yang sunyi. Kita mengeliling...
-
Ternyata kematian tidak mengerikan, sayangku. Apapula yang mengerikan dari sebuah kebebasan yang benar-benar tak berbatas? Bukan kebeba...
-
sesuatu yang mencintai suatu obyek tertentu, akan menjadikan obyek itu ekstensi dari eksistensinya sendiri. sesuatu yang mencintai suat...
-
Kutunggu-tunggu kau melintas di depanku. Begitu benarkah lamanya. Sangat ingin aku menegurmu dalam sapa. Tingkap angin makin ungu dalam nest...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar