Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

Kesendirian yang Sirna Saat Jiwa Pulang: Sebuah Renungan tentang Diri

    Di zaman ketika koneksi digital mudah didapat, namun keintiman batin makin langka, kesepian menjadi epidemi yang sunyi. Kita mengelilingi diri dengan suara, dengan sorot layar, dengan tawa-tawa yang kadang kosong. Kita berpesta di luar, namun berduka di dalam. Kita bersama, tapi merasa sendiri. Seketika memunculkan sebuah pertanyaan "Mengapa?" Karena sesungguhnya, kesendirian bukan tentang tak adanya orang lain. Kesendirian adalah ketidakhadiran diri sendiri. Mereka yang tak lagi merasa sepi bukanlah mereka yang hidupnya selalu ditemani, melainkan mereka yang telah bertemu dengan dirinya sendiri . Mereka yang telah duduk dalam diam dan menemukan kehadiran yang tak tergantung pada siapa pun—kehadiran dari Sang Diri , yang hening namun utuh, yang sunyi namun penuh. Seorang bijak berkata: “The only people who don’t feel lonely are the ones who are connected with the being, with the self. One who is established in the Self feels no loneliness.” Ini bukan sekadar ka...
Mari kita kumpulkan benang demi benang yang berserakan untuk kemudian kita tenum menjadi kain. Lalu kita kumpulkan kain demi kain untuk kemudian kita jadikan kafan. Lalu itu kafan kita jahit selembar demi selembar hingga akhirnya menutupi seisi bumi dan menghalangi kita dari sinar matahari. Kita yang hanya berdiri menenggelamkan diri dalam sunyi dan ratap meratapi tiap kejadian yang membekas menjadi luka ibu bumi akan sirna. Kita yang menyetubuhi kehilangan akan berhenti merengek meminta Jibril turun dan memberikan es krim vanilla sampil membisikkan wahyu ke telinga kita. Apalah arti sebuah wahyu jikalau wahyu hanya menyerupa sebuah afirmasi yang kita butuhkan atas kebenaran? Maka biarkan saja bumi gelap seketika karena kafan yang kita selimuti. Kalau perlu mari kita teteskan darah kita setetes demi setetes di atas kain kafan itu. Hingga merah darah memekat menjadi hitam, hingga itu kafan jadi selubung yang memisahkan kita dari cahaya. Yang hendak mencipta akan mencipta sekalipun hanya...
Namanya senja. Dia kawan yang mengenangmu saat  ini. Tapi dia bisu meskipun aku terus berceloteh  tentangmu. Hanya gerimis di matanya yang  berkilauan dan mengkristal.  Hilangkan lelah kenangan tadi malam, seseorang  bahkan masih terletih-letih di kamarnya. Lupa ia  menyibakkan tirai air mata dan mematikan pelita  rindu. Juga masih mabuk karena selintas  senyummu dimimpinya lah penyebabnya.  Dan bila ia telah lama jenuh menunggu, dan aku  sudah lelah mencari, bagaimana kami kan kau  pertemui?  Perempuan adalah misteri, Mata perempuan saja  sudah sedalam lautan, bayangkan sedalam apa  hatinya.  Cinta saja bisa di sulap, bagaimana dengan rindu(?) Ketika kau lihat dia sekarang, fikir juga lah dia  seorang penghibur kesusahan, seorang yang  tenang jiwa nya, seakan dia kau sangka tak punya  beban hati. Tapi sebenarnya dia seorang  pemenung, penghiba hati, batinnya bertarung diantara harapan kosong ...
Ada lebih dari 6 milyar manusia di atas muka bumi sekarang ini. Akan tetapi, banyak orang masih hidup dalam kesepian yang menggerogoti jiwa. Inilah salah satu keanehan terbesar masyarakat manusia di awal abad 21 ini. Seperti lantunan lagu yang dinyanyikan Once dari Band Dewa, “di dalam keramaian, aku masih merasa sepi..” Beragam penelitian dari berbagai bidang ilmu sampai pada satu kesimpulan, bahwa kesepian itu berbahaya. Ia mendorong orang untuk berpikir salah. Akibatnya, ia merasa kesal, dan bahkan mengalami depresi. Dari keadaan yang jelek ini, banyak orang lalu memutuskan untuk melakukan bunuh diri. (Solomon, 2002) Apakah kesepian selalu menggiring manusia ke arah kegelapan semacam ini? Akar-akar Kesepian Saya melihat, ada dua akar mendasar dari kesepian. Pertama adalah akar sistemik. Kita hidup di dalam masyarakat pembunuh. Ada dua ciri mendasar dari masyarakat pembunuh, yakni ketakutan pada segala bentuk perbedaan (cara berpikir yang berbeda, cara hidup yang berbeda, bahkan war...

Ressurection

Apa yang kamu temukan saat kamu telah mencapai dasar segalanya? Jawabannya: awal dari pendakian yang amat panjang. Sialanya kamu harus jatuh dulu. Jatuh dan terus jatuh sampai engkau tak yakin lagi apakah ada dasar lagi di bawah sana, hingga akhirnya kau menghantam dasar itu. …. Bayangkanlah hidup tanpa senja, tanpa fajar. Hidup dalam keterangan yang membutakan dan kegelapan yang hitam pekat, tak ada antara. Dimana kamu terus menerus diseret mendaki bukit, menuruni lembah tanpa akhir. Itu adalah hidupku. Itu adalah penyakitku. Aku akan bercerita bagaimana aku sampai di dasar segalanya. Bagaimana aku memutuskan untuk tinggal diam disana dan kemudian memilih untuk mendaki ke atas dan sampai detik ini masih terus mendaki. Ceritaku adalah caraku untuk mengurai benang-benang kusut dari diriku, dan mencari letak awal kejatuhanku. (At The Very Bottom of Everything)   dalam salah satu episode How I Met Your Mother diceritakan tentang orang-orang yang selalu membawa beban dalam hidupnya, se...

Her

Falling in love is a crazy thing to do. It’s kind of like a form of socially acceptable insanity. (Amy, in “Her”)   Theodore : I’ve never loved anyone the way I loved you. Samantha: Me too. Now we know how. (“Her”) Tiap kali bertemu sesuatu yang baru, entah seorang kenalan, sebuah lagu, sebuah buku ataupun sebuah suasana saya selalu menghitung waktu kapan hal-hal itu jadi menarik buat saya. 50 menit pertama saya menonton “Her” rupanya sudah cukup untuk membuat saya berdebar-debar, tersenyum, geregetan sendirian dan guling-guling di kasur. Film ini sialan, rasanya terlalu dekat, segala aspek di film ini dekat. Saya mendapatkan sepotong diri saya di dalam Samantha, sepotong lainnya di diri Theodore, sepotong lainnya di diri Amy dan sepotong lainnya di diri Chaterine, sepotong lainnya di dalam interaksi antara Theodore-Samantha, Theodore-Chaterine dan Amy-suaminya(saya lupa namanya). Perasaan semacam ini persis sama dengan perasaan saya bertahun-tahun lalu saat saya menemuka...

“Antara Fondasi dan Sayap”

Ada dua jiwa yang dipertemukan oleh takdir, Yang satu membangun dengan batu, Yang satu melukis dengan cahaya. Yang satu mencintai kepastian langkah demi langkah. Yang satu mencintai harapan melampaui batas waktu dan ruang. Kau, si pencipta struktur. Dan dia, si penenun makna. Mungkin kadang kau tak mengerti mengapa hatinya berlari jauh, ke tempat-tempat yang tak bisa kau hitung atau petakan. Dan dia mungkin bertanya-tanya, mengapa dunia harus sejelas dan sepadat itu. Namun justru di sanalah keindahan tumbuh. Ketika kau menambatkan impiannya agar tak hilang tertiup angin. Dan dia menyentuh hatimu agar tetap lembut di balik dinding keteguhan. Kau mengajarinya bertahan. Dia mengajarkanmu terbang. Kau membangun rumah. Dia mengisinya dengan kasih dan pengharapan. Dan jika kalian berdua memilih untuk terus saling belajar, maka cinta kalian akan menjadi kisah tentang dua dunia yang bersatu. Antara batu dan bintang. Antara fondasi dan sayap.

Aku

Aku ada di mana-mana Jika kau memahami aku ada di mana-mana Maka aku ada di tempat di mana tempat yang kau sebut sebagai surga Dan di tempat di mana aku ada sebagai bagian dari neraka Jika kau membenciku bahkan di surga pun kau akan mengalami ketersiksaan Tapi jika kau mencintaiku mengasihiku bahkan kau akan merasakan neraka sebagai bagian yang menyenangkan karena aku ada di sana dengan cinta kasihku Sebab aku ada di mana-mana dalam segala dualitas Aku ada pada siang  Aku ada pada malam Aku ada pada kegelapan Dan aku ada pada terang Aku ada pada kekosongan Dan aku ada pada yang mengisi kekosongan Karena itulah aku ada di mana-mana Karena itulah kemanapun kau menghadap aku ada di sana Jika kau menghadap ke arah neraka aku pun ada di sana Jika kau menghadap ke arah surga aku pun ada di sana Jika kau mengasihiku, mencintaiku sebagaimana aku mengasihi dan mencintaimu Bagaimana kau akan merasa tersiksa berada di alam yang tidak kau sukai? Bagaimana mungkin kau berada di tempat badai di ...