Saat Nama-Nama Lain Runtuh, Siapakah Kita?
Ada sebuah momen sunyi dalam hidup ketika manusia, betapapun sibuk, betapapun penuh rencana, betapapun ia tampak kuat, tiba-tiba berhenti dan menyadari betapa rapuhnya fondasi tempat ia berdiri. Momen ketika segala hal yang dulu dijadikan sandaran tiba-tiba tidak lagi mampu menopang. Ketika itu terjadi, pertanyaan lama yang sering kita hindari mulai muncul kembali, seperti bisikan yang tidak bisa diredam: “Siapa sebenarnya diriku ketika semua hal yang kubanggakan tidak ada?” Pertanyaan ini tidak pernah sederhana. Ia tidak dapat dijawab dengan nama, pekerjaan, posisi, pencapaian, atau cerita masa lalu. Ia lebih menyerupai perjalanan masuk ke ruang-ruang terdalam batin, tempat manusia tak bisa lagi bersembunyi di balik struktur yang ia bangun sendiri. Dalam hidupku, aku pernah mengalaminya dengan cara yang sangat halus. Tidak ada tragedi besar, tidak ada krisis dramatis. Hanya perasaan samar bahwa diri ini mulai lelah menjadi ...