Kebijaksanaan Dua Rasa
Hidup sering kali kita bayangkan sebagai garis lurus: ada waktu untuk tertawa dan ada waktu untuk menangis, ada musim bahagia dan ada musim berduka. Namun, kenyataannya jauh lebih rumit. Ada hari-hari di mana sukacita dan duka justru hadir bersamaan, duduk di meja yang sama, saling menatap tanpa saling menghapus. Kita bisa tertawa, namun air mata tetap mengalir. Kita bisa merasa bersyukur, namun di saat yang sama merindukan sesuatu yang hilang. Kita bisa tersenyum tulus, sambil tetap merasakan luka yang belum sepenuhnya sembuh. Dua perasaan yang tampak bertolak belakang itu ternyata tidak pernah saling membatalkan. Mereka hanya saling melengkapi, seperti siang yang tidak bisa berdiri tanpa bayangan malam. Ada keindahan yang aneh dalam paradoks ini. Kita sering diajarkan untuk memilih: antara bahagia atau sedih, antara kuat atau rapuh. Padahal, kehidupan yang sejati tidak pernah sesederhana itu. Jiwa manusi...