Paradoks
Kehidupan selalu menyingkapkan dirinya dalam bentuk paradoks. Kita hidup di antara tarikan dua kutub: diikat oleh sesuatu yang lebih besar daripada diri kita, namun pada saat yang sama diundang untuk berjalan dalam kebebasan. Ia bukan sekadar garis lurus dari lahir menuju mati, melainkan sebuah garis tipis yang mengikuti alur sungai penuh ketegangan, sebuah misteri yang menuntut keberanian untuk dihayati. Sejak kita lahir, kita telah terikat. Kita lahir dari rahim seorang ibu, tumbuh dalam keluarga, dibentuk oleh budaya, dibatasi oleh tubuh, dan dituntun oleh ritme alam. Tidak ada kehidupan yang sepenuhnya mandiri; setiap napas adalah bukti keterikatan dengan udara, setiap detak jantung adalah pengingat bahwa kita bergantung pada sesuatu di luar diri. Kita tidak memilih lahir di mana, dari siapa, dengan kondisi tubuh seperti apa. Kehidupan, sejak awal, adalah keterikatan yang tak terhindarkan. Tetapi, anehnya, kehidupan...