Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

Paradoks

      Kehidupan selalu menyingkapkan dirinya dalam bentuk paradoks. Kita hidup di antara tarikan dua kutub: diikat oleh sesuatu yang lebih besar daripada diri kita, namun pada saat yang sama diundang untuk berjalan dalam kebebasan. Ia bukan sekadar garis lurus dari lahir menuju mati, melainkan sebuah garis tipis yang mengikuti alur sungai penuh ketegangan, sebuah misteri yang menuntut keberanian untuk dihayati.      Sejak kita lahir, kita telah terikat. Kita lahir dari rahim seorang ibu, tumbuh dalam keluarga, dibentuk oleh budaya, dibatasi oleh tubuh, dan dituntun oleh ritme alam. Tidak ada kehidupan yang sepenuhnya mandiri; setiap napas adalah bukti keterikatan dengan udara, setiap detak jantung adalah pengingat bahwa kita bergantung pada sesuatu di luar diri. Kita tidak memilih lahir di mana, dari siapa, dengan kondisi tubuh seperti apa. Kehidupan, sejak awal, adalah keterikatan yang tak terhindarkan.      Tetapi, anehnya, kehidupan...

Refleksi perjalanan pulang dalam diam

Tidak semua perjalanan memiliki suara langkah. Beberapa di antaranya terjadi dalam diam. Dan beberapa hari ini, aku sedang menempuh perjalanan semacam itu. Tidak ada perubahan besar di luar. Tapi di dalam, ada sesuatu yang bergerak. Sebuah kesadaran perlahan: bahwa aku sedang mencari, atau mungkin lebih tepatnya "aku sedang dipanggil pulang." Pulang, bukan ke sebuah tempat, tetapi kepada Sumber segala terang. Dan dalam proses itu, aku menemukan satu hal yang sangat penting: Api di dalam diriku belum padam. Dalam keheningan hari-hari ini, aku menyadari bahwa aku lelah. Tapi bukan jenis lelah yang bisa disembuhkan dengan tidur. Ini adalah lelah yang datang dari jiwa yang terus mencari, terus memberi, namun sering lupa untuk berhenti dan menerima. Namun di tengah lelah itu, ada nyala kecil. Diam. Tenang. Tapi tetap menyala. Aku belum menyerah. Dan itu adalah bentuk kekuatan yang baru aku kenali. Bahwa terkadang, tidak menyerah adalah bentuk ibadah paling dala...