Selasa, 17 September 2024

 Jani, tangis pertamamu adalah hal yang membuatku berjanji untuk menjadi lelaki yang lebih baik. Aku tak sabar melihat tawa pertamamu, langkah pertamamu, dan saat pertama kalinya kau memanggil namaku dengan lugu.

--- Aku, 1990

Jani, kau bertanya mengapa kau tidak bisa menyentuh pelangi. Kau merengek karena aku tidak mengambilkan pelangi untukmu. Terkadang hal indah memang tidak diciptakan untuk kita miliki, hanya untuk kita pandangi dari kejauhan dan kita syukuri keberadaannya.
--- Aku, 1995

Jani, kau kesal, anak-anak di sekolahmu mencacimu karena kau berbeda. Matamu berwarna biru dan kulitmu putih pucat. Tak perlu kau pedulikan. Mereka yang tidak bisa menerima perbedaan adalah mereka yang berpikiran sempit. Kelak akan kau temukan sahabat sejati yang takkan pergi meski kau terpuruk. Sahabat yang akan merangkul ketika mereka memukul.
--- Aku, 2002

Jani, sudah 3 hari kau tak keluar kamar. Lelaki bodoh itu tidak bisa menghargaimu yang sudah mati-matian mencintainya. Jangan takut, terkadang untuk memulai kisah baru, kau harus mengakhiri kisah lama terlebih dahulu. Aku percaya Tuhan sudah mempersiapkan skenario yang tidak kalah indah untukmu. Tersenyumlah..
--- Aku, 2008

Jani, andai aku bisa terus bersamamu. Kau pasti akan terlihat cantik dengan toga. Kau juga pasti akan terlihat anggun dengan baju pengantinmu. Jangan menangis 
sayang, bukan aku tidak menyayangimu, sungguh bukan itu, hanya saja Tuhan terlalu menyayangiku hingga memanggilku terburu-buru. Jika disana mereka bertanya hal terbaik apa yang pernah terjadi dalam hidupku, aku akan menjawab 'dirimu'. Aku tidak pergi. Jika kau rindu aku, aku akan ada di pojok hatimu, bersembunyi untuk menyelinap dalam mimpimu. Aku menyayangimu Rinjani, anakku.
--- Aku, 2011

(Sebuah ketikan sederhana yang aku tulis sore sembari mendengarkan Switchfoot - Souvenirs dan melihat senja.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kesendirian yang Sirna Saat Jiwa Pulang: Sebuah Renungan tentang Diri

    Di zaman ketika koneksi digital mudah didapat, namun keintiman batin makin langka, kesepian menjadi epidemi yang sunyi. Kita mengeliling...